Titus 2:1-15 | Menjadi Orang Baik

Renungan Khotbah Tafsir Titus 2:1-15 Berbuat baik bagi iman kita bukanlah suatu keharusan, melainkan sebuah implikasi logis.
Titus 2:1-15

Menjadi Orang Baik — Ini kisah nyata, pernah terjadi di dalam kehidupan seorang pekabar Injil yang terkenal ketika memberitakan Kabar Baik itu di suatu daerah terpencil.

Jadi ceritanya suatu hari si Pekabar Injil ini datang ke suatu tempat terpencil untuk mengadakan Pekabaran Injil. Namun, dia terserang penyakit, sehingga harus mencari tempat berobat. Maka pergilah dia mencari tempat berobat.

Di perjalanan, dia bertemu dengan seorang penduduk lokal, lalu dia pun bertanya, “Tahukah kamu jalan supaya aku bisa sampai di Rumah Sakit?”

Lalu kata penduduk lokal itu, “Bapak lurus saja, lalu belok kiri. Di ujung jalan ada Rumah Sakit”.

Pendeta itu pun tersenyum, lalu berkata “Bapak baik sekali. Datanglah ke tempat saya nanti, saya akan memberitahukan kepada bapak tentang jalan menuju keselamatan yang abadi.”

Penduduk lokal itu pun dengan polos berkata, “Ah, bapak ini. Jalan ke Rumah Sakit aja gak tahu, mau pake ngasih tahu saya jalan menuju Keselamatan.”

Firman Tuhan yang disampaikan melalui Rasul Paulus yang kita baca hari ini di tutup dengan satu seruan untuk memberitakan Kabar Baik dari Allah untuk semua umat manusia.
Titus 2:1-15
Kewajiban orang tua, pemuda dan hamba
2:1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
2:2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik
2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,
2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.
2:6 Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal
2:7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
2:8 sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.
2:9 Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah,
2:10 jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

Kasih karunia Allah menyelamatkan semua manusia
2:11 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
2:12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini
2:13 dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,
2:14 yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.
2:15 Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.
Dalam ayat 2-10, kita menjadi tahu tentang apa yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus kepada Titus dan orang-orang percaya pada waktu itu. Puanjang kan ya. Tetapi intinya satu: Berusahalah untuk menjadi orang baik (ayat 7).

Mengapa kita harus menjadi orang baik? Tanpa harus membawa apa yang dinamakan oleh orang, “agama” ... menjadi orang baik pun seharusnya adalah kewajiban setiap orang.


Apalagi kita, yang mengaku diri ini sebagai orang percaya. Orang yang telah melihat, merasakan dan menyadari bahwa Allah terlebih dahulu melakukan hal-hal baik, bahkan terbaik untuk kehidupan kita ini (ayat 14).

Berbuat baik bagi iman kita bukanlah suatu keharusan, melainkan sebuah implikasi logis dari apa yang kita rasakan dan nikmati yang telah Tuhan berikan kepada kita. Sebab Tuhan telah berbuat baik, maka kita pun berbuat baik.

Ini bukan perkara tentang manusia yang ada di sekitar kita nya. Bukan. Sebab kalau itu menjadi salah satu dasarnya, kita harusnya menemukan pernyataan bahwa “Kita harus berbuat baik kepada orang percaya saja, yang lain gak usah.”

Jika si A itu berbuat jahat kepada saya, maka saya tidak mungkin berbuat baik kepada dia. Itu bukan iman kita. Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada kita, bahwa bahkan seorang musuh pun kita harus mengasihi mereka.

Apa yang menjadi tujuan iman kita adalah sesuatu yang sangat mulia. Jika kita bertemu dengan seseorang yang jelas berbuat jahat dalam hidup kita, maka dengan perbuatan baik kita kepada nya, kita berharap dan percaya bahwa orang yang jahat itu bisa diubahkan oleh Tuhan menjadi seorang yang baik pula.

Dan prinsip itu telah berlaku berkali-kali dan berhasil.

Mau contoh?

Tengok saja siapa yang menuliskan firman Tuhan kita hari ini kepada Titus. Itu contoh yang paling keren tentang seorang yang telah berbuat jahat, tetapi diberikan terus kebaikan oleh Tuhan sehingga tepat di waktu Tuhan, dia berubah total dari seorang yang jahat, menjadi orang baik.


Apa kesulitan kita untuk bisa menjadi seorang yang baik? Adakah pengalaman kita yang sudah menyaksikan bahwa dengan kebaikan yang kita berikan perubahan besar bisa terjadi dalam kehidupan orang lain?

Adalah baik menjadi orang penting, tetapi jauh lebih penting menjadi orang baik. (Ebed Kadarusman)

You may like these posts

1 comment

  1. Anonymous
    Terima kasih pa pdt utk renungannya. Tuhan Yesus memberkati utk terus menyampaikan firman Tuhan bagi banyak orang 🙏
  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>